Selasa, 29 Maret 2011

Tugas Analisis Ilmu Politik

ANALISIS KEDATANGAN PRESIDEN OBAMA KE INDONESIA DARI SUDUT PANDANG POLITIK
Obama dan Masa Depan Indonesia
Posted by Abd. Rahman under Karya | Tag: Karya |


Beberapa hari terakhir wacana publik diwarnai oleh kedatangan Obama ke Indonesia. Publik sudah sangat tahu bahwa terjadi perang wacana soal kedatangan Obama. Yang menolak kedangan Obama megatakan Obama hanya akan memperkokoh perrekonomian AS di Indonesia melalui perusahaan-perusahaan AS di negeri ini. Argemumen penolakannya ditambah karena Obama pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM) di Irak. Wacana penolakan ini dipelopori oleh kalangan Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam (FPI).

Sementara yang menerimaa kedatangan Obama ke Indonesia dipelopori oleh pelbagai kalangan yang cenderung berpikir positif dengan melihat tantangan sebagai peluang. Salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, seperti NU dan Muhammadiah dengan tegas menerima kedatangan Obama ke Indonesia. Argumen penerimaan ini bermacam-macam. NU berpandangan bahwa tamu sejatinya dihormati. Sebab, penghormatan terhadap tamu adalah bagian dari etika Islam. Argumen Muhammadiah tidak jauh berbeda dengan NU.

Menyingkap Misi Obama
Kecurigaan kelompok yang menolak kedatangan Obama karena asumsi bahwa Obama akan menghancurkan Negara Indonesia. Hal itu karena Obama tidak hadir untuk sekedar bernostalgia karena pernah tinggal di Jakarta. Obama membawa mewakili kepentingan Amerika Serikat. Pilihan Indoenesia sebagai Negara penting bagi Amerika—menurut kaum yang menolak Obama—adalah indikasi nyata betapa Amerika berusaha mengcengkram Indonesia.

Penandatanganan kontrak antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat dengan momentum kedatangan Obama, bagi kalangan radikal-konservatif membuat ketakutan tersendiri. Sebab, dalam paradigma mereka, Indonesia tidak lebih akan dijadikan sapi perahan Amerika serikat. Indonesia hanyalah lahan empuk untuk memperkaya Amerika.

Kekhawatiran di atas,hemat penulis terlalu berlebihan. Sebab, relasi Indonesia dan Amerika serikat berada pada hubungan kesetaraan. Setiap Negara mempunyai national interest. Kerja sama sudah dapat dipastikan mengedepankan kepentingan Negara masing-masing. Terlalu naïf ketika SBY dianggap mengabaikan kepentingan Negara Indonesia dan menerima begitu saja kepentingan Amerika.

Hubungan kerja sama antar Negara adalah hubungan simbiosis mutualisme, relasi saling menguntungkan. Jika dianggap tidak sesuai dengan manfaat yang akan diterima oleh kedua belah pihak atau ada yang dirugikan, kerja sama bisa ditunda atau bahkan ditolak. Sebab, Indonesia mempunyai kebutuhan yang sama dengan negara lain. Beban ini terasa berat karena Indonesia memiliki penduduk yang jauh lebih banyak dibanding Negara-negara lain di Asia.

Menerima Obama menjadi suatu keniscayaan karena beberapa hal. Salah satunya, pencitraan nama baik Indonesia di mata dunia. Indonesia yang dikenal menegangkan karena kekacauan selalu terjadi di Indonesia,khususnya kasus terorisme, akan terbantahkan dengan kedatangan Obama ke Indonesia. Dunia internasional akan menganggap Indonesia mampu mengamankan para pelaku terorisme dan tetap mampu menjaga keamanan bangsa dan Negara. Pencitraan semacam ini sangat penting mengingat Indonesia membutuhkan Negara lain untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi, baik yang berkaitan dengan fasilitas jasa atau murni aktivitas ekonomi.

Kedua, kunjungan Obama ke Indonesia adalah hubungan diplomatik. Penulis sebetulnya agak kecewa dengan argumen-argumen yang dikemukakan terkait pro-kontra di atas, dengan mangaitkan kedatangan Obama dengan argument keagamaan. Padahal, Obama tidak dalam kapasitas juru bicara agama yang harus dicarikan dalilnya di dalam agama. Sebaliknya, Obama membawa misi kenegaraan yang sejatinya dicarikan argument kenegaraan pula. Teori sekuarisasi atau pemisahan agama dan Negara sudah lama mengakar di tubuh bangsa. Tapi kenapa mereka masih tidak bisa keluar dari perdebatan semacam ini?

Dalam momentum kali ini, Indonesia seharusnya berusaha mengambil kesempatan untuk menaikkan nilai tawar Indonesia di mata dunia. SBY selaku eksekutif sangat wajar mencoba menawarkan sesuatu kepada Obama guna menjalin kerja sama lebih jauh antara Indonesia-AS. SBY tidak saja menerima tawaran Obama. SBY harus berani menawarkan somethink kepada Obama agar national interest Negara kita terpelihara.

Menolak Obama memang sungguh tidak menguntungkan dalam konteks hubungan diplomatik kenegaraan. Sebab, dalam konteks Negara modern, yang dikedepankan adalah partnership, bukan mencari permusuhan. Semakin banyak mitra kita, potensi menciptakan tantangan menjadi peluang semakin besar. Hanya Negara yang mentalitasnya lemah yang under-estimate yang selalu mencari permusuhan, selalu dihinggapi ketakutan-ketakutan.

Menakar Posisi SBY
Pertanyaan sederhana timbul ketika melihat perdebatan kedatangan Obama ke Indonesia. Bagaimana posisi SBY dalam perdebatan ini? Dipastikan jawaban sederhananya SBY menerima kedatangan Obama. Namun tidak cukup jawaban semacam ini karena SBY memegang peranan sentral dalam konteks hubungan Indonesia-AS. Apakah SBY benar-benar memperjuangkan national interest negeri ini? Apa yang akan dilakukan SBY jika ia benar-benar akan memperjuangkan kepentingan negeri kita?

SBY sejatinya mampu melihat ke depan, tantangan sekaligus harapan bangsa ini. SBY harus mempu membaca sejauh mana kreativitas komponen masyarakat guna memasuki pasar global. Apa saja yang dapat dipromosikan Indonesia untuk dilempar ke pasar internasional. SBY harus mampu membaca kelemahan dan kekuatan Indonesia agar mampu memposisikan diri dalam menjalin kontrak dengan AS dan Negara lainnya. Pengetahuan akan kelemahan dan kekuatan tidak hanya didasarkan pada asumsi,tapi hasil penelitian atau observasi di lapangan. Indonesia sudah saatnya menatap masa depan. Menurut anda bagaimana?
Abd. Rahman


ANALISIS KEDATANGAN BARACK OBAMA KE INDONESIA DARI SUDUT PANDANG POLITIK
Pada dasarnya kedatangan Barrack Obama ke Indonesia, dilandasi oleh keinginan negara Amerika Serikat untuk meningkatkan kerjasamanya dengan Indonesia di berbagai bidang lain yang belum terjamah ataupun meningkatkan yang sudah ada. Poin-poin pidato Presiden Obama tepatnya membahas kerjasama di enam bidang yaitu investasi, perdagangan, perekonomian, pendidikan, energi dan politik.
Terdapat beberapa pokok dalam ilmu politik yaitu kekuasaan, kepentingan, kebijaksanaan dan budaya politik. Fenomena kedatangan Presiden Obama dalam rangka meningkatkan kerjasama Indonesia dan Amerika dapat dianalisis dari pokok-pokok ini.
Hal utama dalam ilmu politik adalah kekuasaan. Tawaran kerjasama dari Amerika kepada Indonesia memunculkan beberapa polemik. Ada beberapa pihak yang mencurigai kerjasama ini hanya sebagai dalih Amerika dalam memperluas kekuasaaannya di Indonesia yang nantinya akan diwujudkan dengan memperbanyak perusahaan-perusahaan Amerika yang beroperasi di Indonesia. Mereka berpikir Amerika akan semakin mengekspoitasi sumber daya Indonesia. Pengaruh Amerika akan semakin kuat disini sehingga Indonesia akan dibentuk sesuai dengan kemauan Amerika. Namun pihak-pihak ini tidak memikirkan bahwa negara Indonesia penuh juga dengan politisi pintar yang bisa melakukan tawar-menawar yang baik untuk juga menguntungkan negara sehingga negara tidak dirugikan. Posisi Indonesia yang penting bagi Amerika membuat pengaruh Indonesia juga masuk kedalam pemerintahan Amerika. Tidak mungkin Amerika membuat kebijaksanaan yang menghancurkan Indonesia selama keduanya masih saling ketergantungan.
Pada segi kepentingan, kedua negara baik Indonesia maupun Amerika mempunyai kepentingan yang sama sehingga memutuskan untuk membuat kerjasama. Pada bidang investasi misalnya, Indonesia membutuhkan pemasukan modal asing untuk membantu pembangunan di Indonesia. Amerika yang biasa menjadi pemodal asing akan menanamkan modalnya untuk juga untuk memperkuat perekonomiannya. Pada kerjasama ini bukan hanya keuntungan dari segi perekonomian yang didapatkan oleh kedua negara. Keuntungan juga terjadi ketika adanya interaksi antara masyrakat Indonesia dan amerika yang nantinya akan saling belajar dari kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kebijakan merupakan hasil interaksi antara kekuasaan dan kepentingan dan biasanya berbentuk perundang-undangan. Kerjasama ini berpengaruh juga pada kebijakan yang akan diambil nantinya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam bidang kerjasama antara Indonesia dan Amerika. Misalnya kebijakan dibidang perekonomian yang akan dilakukan oleh kedua negara ini. Tentunya kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh Presiden SBY tidak akan merugikan negara Amerika sebagai patner-nya. Kondisi ini juga akan terjadi sebaliknya.
Budaya politik mengutamakan dimensi psikologis dari suatu sistem politik, yaitu sikap-sikap, sistem-sistem kepercayaan, simbol-simbol yang dimiliki oleh individu-individu dan beroperasi di dalam seluruh masyakat serta harapan-harapannya. Di dalam fenomena kerjasama antara Indonesia dan Amerika ini, tidak hanya ditentukan oleh tujuan-tujuan yang didambakannya. Tapi juga merujuk pada harapan-harapan politik yang dimilikinya dan mengenai situasi politik. Misalnya harapan bahwa dalam kedatangan presiden Obama ke Indonesia, situasi politik Indonesia semakin kuat dan stabil. Selain itu ada harapan juga bahwa dunia akan melihat Indonesia adalah negara yang aman sehingga masyarakat asing tidak ragu untuk datang. Secara tidak langsung, kedatangan Presiden Obama juga membuka jalur pariwisata Indonesia semakin luas.
Kedatangan Presiden Obama ke Indonesia juga membawa iklim pertemanan dengan komunitas muslim terbesar didunia. Peredaman kecurigaan umat muslim beberapa waktu lalu ketika peristiwa hampir dibakarnya Al-Quran di Amerika juga terjadi di kunjungan ini. Secara langsung Presiden Obama menyatakan secara tegas bahwa Amerika menghaargai perbedaan keyakinan dan saling toleransi antar umat beragama.
Penyampaian pidato Presiden Obama yang menyertakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia membuat rakyat mulai membanding-bandingkan cara berpolitik Presiden SBY dan Presiden Obama. Berdasarkan survey, kebanyakan rakyat Indonesia lebih menyukai cara Presiden Obama yang mengambil hati rakyat dengan berinteraksi secara langsung dengan rakyat, pidato yang ramah, tutur bahasa yang santun, penggunaan bahasa yang sederhana dan humoris. Bila dibandingkan dengan cara berpolitik Presiden SBY yang cara berpidatonya cenderung ‘curhat’ dan tidak cepat tanggap dalam menangani masalah yang sedang berlangsung. Diharapkan ‘comparing’ ini bisa menjadi cambukan pemerintah untuk membenahi kehidupan politik bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar